Dari Sekadar Refleks Menjadi Lebih Terhitung, Teknik Ini Membantu Pemula Menyikapi Kerugian Dengan Lebih Tenang saat mereka pertama kali merasakan pahitnya salah langkah di meja permainan. Banyak pemula menggambarkan momen itu seperti “disambar petir”: jantung berdegup kencang, tangan berkeringat, dan kepala langsung penuh penyesalan. Namun di balik rasa tidak nyaman tersebut, ada ruang belajar yang sangat berharga jika seseorang mau mengubah reaksi spontan menjadi respons yang terukur dan penuh kesadaran.
Mengenali Pola Emosi Saat Mengalami Kerugian
Bayangkan seorang pemula bernama Raka yang datang ke WISMA138 untuk mencoba permainan kartu favorit temannya. Di putaran awal, ia merasakan euforia saat sempat memimpin. Namun ketika beberapa keputusan berbalik merugikan, ekspresinya berubah: rahang mengeras, nada bicara meninggi, dan ia mulai menyalahkan “nasib buruk”. Inilah pola emosi yang sering muncul tanpa disadari: kaget, marah, lalu panik ingin segera “membalas” kerugian.
Mengenali pola ini adalah langkah pertama yang krusial. Alih-alih mengabaikan perasaan tidak nyaman, pemula perlu memberi nama pada emosinya: kecewa, kesal, menyesal, atau takut kalah lagi. Dengan menyadari apa yang dirasakan, otak mendapat jeda untuk berpikir jernih. Di titik inilah kerugian tidak lagi dilihat sebagai musuh, melainkan sinyal bahwa ada sesuatu yang perlu dievaluasi dalam cara bermain maupun pengelolaan diri.
Mengubah Refleks Panik Menjadi Jeda Terencana
Salah satu teknik sederhana namun ampuh yang sering diajarkan pemain berpengalaman di WISMA138 adalah “aturan jeda tiga napas”. Setiap kali mengalami kerugian yang membuat dada terasa sesak, mereka tidak langsung mengambil keputusan berikutnya. Mereka berhenti sejenak, menarik napas dalam tiga kali, lalu mengamati kondisi meja dan diri sendiri sebelum melangkah. Kedengarannya sepele, tetapi jeda singkat ini memutus rantai reaksi impulsif.
Dengan jeda terencana, refleks panik perlahan berubah menjadi kebiasaan berpikir. Pemain punya kesempatan menilai apakah kerugian tadi murni faktor keberuntungan yang berubah, atau ada kesalahan perhitungan yang bisa diperbaiki. Dari sini, keputusan berikutnya bukan lagi bentuk pelampiasan emosi, melainkan langkah yang lebih terukur dan selaras dengan strategi yang telah disiapkan sejak awal sesi bermain.
Menetapkan Batas Kerugian Sebelum Mulai Bermain
Para pemula sering terjebak karena baru memikirkan batas kerugian setelah jumlah yang hilang terasa “terlalu besar”. Di WISMA138, pemain yang lebih matang justru melakukan kebalikannya: mereka sudah menentukan batas kerugian sebelum duduk di meja permainan. Misalnya, mereka hanya bersedia menggunakan dana tertentu yang memang dialokasikan untuk hiburan, bukan dana kebutuhan harian.
Dengan batas yang jelas, setiap kerugian menjadi bagian dari rencana, bukan kejutan yang mengacaukan emosi. Saat angka kerugian mendekati batas, pemain sudah siap secara mental untuk berhenti atau beristirahat, bukan memaksa diri terus bermain. Teknik ini mengubah hubungan seseorang dengan kerugian: dari sesuatu yang menakutkan menjadi parameter yang membantu menjaga kendali diri dan kesehatan finansial.
Mencatat Setiap Keputusan, Bukan Hanya Hasil Akhir
Banyak pemula hanya mengingat angka akhir: “tadi kalah sekian” atau “tadi sempat menang lalu habis”. Padahal, yang jauh lebih penting adalah bagaimana mereka sampai di angka tersebut. Beberapa pemain rajin di WISMA138 memiliki kebiasaan mencatat keputusan-keputusan kunci selama bermain, baik di kepala maupun di buku kecil. Mereka menuliskan situasi, pilihan yang diambil, serta alasan di balik keputusan tersebut.
Dari catatan inilah mereka bisa menilai apakah kerugian terjadi karena strategi yang kurang tepat, konsentrasi yang menurun, atau sekadar momen kurang beruntung. Dengan fokus pada kualitas keputusan, bukan sekadar hasil, pemula belajar bahwa satu sesi buruk tidak otomatis berarti mereka “tidak berbakat”. Yang terpenting adalah tren jangka panjang: apakah keputusan makin membaik seiring waktu, dan apakah emosi makin stabil saat menghadapi situasi sulit.
Belajar dari Pemain yang Lebih Tenang dan Berpengalaman
Di WISMA138, mudah sekali membedakan pemain yang baru pertama kali datang dengan mereka yang sudah lama berkecimpung. Pemula cenderung lebih ekspresif saat menang atau kalah, sementara pemain berpengalaman tampak datar, seolah tidak terpengaruh hasil satu putaran. Namun jika diperhatikan lebih saksama, ketenangan itu bukan berarti mereka tidak merasakan apa-apa, melainkan karena mereka sudah terbiasa mengelola reaksi batin.
Pemula bisa banyak belajar hanya dengan mengamati. Misalnya, bagaimana pemain senior menata ulang strategi setelah beberapa kali rugi, atau bagaimana mereka memilih untuk beristirahat ketika suasana hati mulai tidak stabil. Dengan berdiskusi santai setelah sesi bermain, pemula bisa mendapatkan insight tentang cara memandang kerugian sebagai biaya belajar, bukan sebagai pukulan terhadap harga diri. Ketenangan mereka lahir dari pengalaman, dan pengalaman itu bisa dipercepat jika pemula mau mendengar dan mengamati.
Membangun Rutinitas Pasca Kerugian untuk Menutup Sesi
Langkah terakhir yang sering diabaikan adalah bagaimana menutup sesi bermain setelah mengalami kerugian. Banyak pemula pulang dengan kepala penuh penyesalan, lalu berjanji pada diri sendiri untuk “balas dendam lain waktu”. Di WISMA138, beberapa pemain yang lebih dewasa justru memiliki rutinitas pasca kerugian yang sangat terstruktur: mereka menutup sesi dengan mencatat hasil, menuliskan tiga hal yang dipelajari, lalu benar-benar menutup hari tanpa memikirkan permainan lagi.
Rutinitas ini membantu menempatkan kerugian pada porsi yang tepat: sebuah peristiwa yang sudah berlalu, bukan bayang-bayang yang terus menghantui. Dengan cara ini, emosi negatif punya ruang untuk mereda, dan otak bisa mengolah pengalaman secara lebih objektif. Ketika kembali bermain di kesempatan berikutnya, pemula datang bukan sebagai sosok yang sedang “mengejar kerugian”, melainkan sebagai pemain yang lebih matang, lebih terhitung, dan jauh lebih tenang dalam menyikapi apa pun yang terjadi di meja permainan.

